Oleh: Bayu Destriawan & Demina

Mahasiswa Pascasarjana IAIN Batusangkar

Taqabbalallahu Minna Waminkum, Shiyamana Washiyamakum. Itulah sebuah ucapan Idul Fitri sesuai sunah yang tercurahkan dari umat muslim yang selesai menjalankan amal ibadah di bulan suci Ramadhan. Artinya, berharap dari hati terdalam agar diampuni segala dosa-dosa yang pernah diperbuat semasa hidup di muka bumi sang Pencipta ini. Berbagai godaan dan rayuan yang datang dari makhluk terlaknat sering merajalela. Tetapi kita sebagai hamba-Nya harus berusaha untuk menahan segala hawa nafsu. Dan berharap dari Allah ta’ala ridho dan ampunannya.

Idul Fitri atau Lebaran di Indonesia adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 syawal pada penanggalan Hijriah. Semua masyarakat muslim melakukan kebaikan semata-mata untuk ladang ibadah. Kita melaksanakan shalat sendiri maupun berjemaah. Berbagi dan bersedekah dijadikan semata-mata amal jariah. Menjelang salat Idul Fitri masyarakat membayar zakat fitrah. Nawaytu An Ukhrija Zakata Al-Fitri ‘An Nafsii, Fardan Lillahi Ta’ala sebagai niat untuk diri sendiri dalam berzakat fitrah.

Di masa pandemi ini, esensi lebaran tidak hanya bersilaturahmi, kunjung mengunjungi dan berbagi saja. Akan tetapi secara hakiki Idul Fitri memiliki arti untuk saling memaafkan dari hati yang paling dalam. Kita sebagai manusia tidak luput dari upat dan puji bahkan caci maki. Maka dari itu sudah masanya kita untuk menyucikan diri agar tali silaturahmi dapat terjalin abadi.

Hasil sidang isbat yang digelar oleh Kementrian Agama RI menetapkan Idul Fitri pada hari Minggu 24 Mei 2020. Itu berarti sudah genap 30 hari ibadah puasa dikerjakan bagi umat muslim di bumi pertiwi. Ramadhan dan lebaran saat ini berbeda dari yang kita prediksi. Salat berjemaah dilakukan di rumah sendiri. Terasa asing memang. Pengajian-pengajian diikuti dari televisi. Bahkan cara bersilaturahmi dilakukan dengan teknologi. Akan tetapi semua itu dilakukan tanpa mengurangi nilai-nilai islami.

Secara etimologi silaturahmi adalah kegiatan mendekatkan diri kepada orang lain setelah selama ini “saling berjauhan” dan menyambungkan kembali komunikasi dengan maksud menyampaikan isi hati. Untuk mendekatkan diri di masa wabah covid-19 saat ini bisa dilakukan secara virtual dengan memanfaatkan teknologi. Berkomunikasi menggunakan video call adalah salah satu cara virtual dalam menyambung silaturami bahkan menyampaikan pesan bisa dilakukan dengan berbagai aplikasi. Oleh karenanya tidak akan ada lagi tali silaturahmi yang terputus oleh ruang, waktu bahkan jarak sama sekali.

Berjaga jarak karena pandemi itu wajar-wajar saja. Bahkan sudah dijelaskan juga dalam hadist “Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri, maka jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada di daerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya”. (HR. Bukhari & Muslim). Hadist itu mengajarkan kita untuk saling menjaga. Ketika kita menghindari keramaian dan menjaga jarak secara tidak langsung berarti kita telah menyelamatkan antar sesama. Akan tetapi pahamilah menjaga jarak bukan berarti kita memutuskan persaudaraan namun untuk keselamatan.

Dengan demikian Idul Fitri tetap menjadi momen berbagi kebahagiaan. Walaupun berada pada masa pandemi yang belum tertuntaskan akan tetapi masih banyak nilai-nilai berharga yang bisa kita tebarkan. Salah satunya kebersamaan di tengah perbedaan dan jarak. Janganlah kita sampai bersitegang untuk memperdebatkan keshahihan model silaturahmi online ini. Selamat Berlebaran.

Daftar Rujukan

Indrawan, Irjus. 2019. Silaturahmi Pemimpin Terhadap Bawahan Dalam Sistem Manajemen Pendidikan Islam : Jurnal Al Afkar. Vol. VII, No. 1, April 2019.

Jafar, Wahyu Abdul. 2017. Pemberdayaan Uang dalam Zakat Fitrah Perspektif Madzhab Hanafi dan Syafi’I : Jurnal Al-Intaj. Vol. 1, No.2, September 2017

Nufus, Khaerun. 2018. Sidang Isbat Penentuan Awal Bulan Kamariah Prespektif Hukum Islam : Jurnal Inklusif. Vol 3. No. 1 Juni 2018.

082384826060

Bayudestriawan12@gmail.com